Komunitas Pecinta Sejarah Bumi
Silampari
Dalam menginventaris rumah peninggalan Pangeran Roes di Kelurahan Muara Lakitan, Kabupaten Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam menginventaris rumah peninggalan Pangeran Roes di Kelurahan Muara Lakitan, Kabupaten Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan.
( 28-29 Mei 2016 )
Di wilayah Kelurahan Muara Lakitan,
terdapat tokoh yang dianggap penting bagi masyarakat disana yang kini masih dapat dijumpai hanya berupa bentuk bangunan rumahnya,
akan tetapi untuk foto dan riwayat beliau sudah
tidak dapat ditemukan. Tokoh tersebut bernama Roes, masyarakat
Muara Lakitan sering
menyebutnya dengan nama Pangeran Roes.
Dari peninggalan
pangeran Roes yang masih dapat dijumpai selain
rumahnya, terdapat juga kantor, pos
jaga, serta sebagian perabot rumah tangga seperti meja, kursi, meja belajar,
lemari, dan tempat untuk menggantung pakaian. Rumah pangeran ini bergaya lama
namun terdapat unsur keterpaduan budaya eropa yaitu ditemukan simbol singa pada
ukiran ventilasi pintu bagian atasnya, yang menggambarkan
adanya pengaruh budaya Inggris pada arsitektur rumah tersebut.
Dari hasil observasi di lapangan, rumah
Pangeran Roes berada di Kelurahan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, berada
dekat dengan tepian Sungai Musi. Rumah Pangeran Roes berukuran panjang 16 m dan
lebar 16 m, berdinding kayu “Tambos”
berdasarkan dari keterangan keturunan
Pangeran tersebut.
Dalam
menginventaris peninggalan rumah Pangeran Roes, kita berjumlah 14 orang
mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini serta 1 orang dosen pembimbing dalam mengarahkan pada tahap-tahap penelitian yang akan
dilakukan. Pada tim ini kami dibagi ke dalam 3 bidang kelompok penelitian yakni Bidang
Arsitektur, Bidang Sejarah dan Silsilah serta Bidang Makna Simbol. Tujuannya
untuk mempermudah dalam menginvertaris rumah Pangerah Roes itu sendiri. Pada
bidang Arsitektur, terdiri dari Aditya Arif Prasetya, Burhan, Chairuddin
Nur, Ririn Kurnia, Yulia Rahmayanti, Wulan Damai Yanti,
Riki Sumantri, kemudian dalam bidang Sejarah dan Silsilah terdiri
dari Prasetyo selaku ketua komunitas, Susi Lestari, Berlian
Susetyo. Serta pada bidang Makna Simbol terdiri dari Mei Upita Sari,
Yongky Iskandar, Belina Pasriana, Rohana. Dan juga Dosen Pembimbing kami yaitu bernama Bapak Ravico, M.Hum.
Kemudian untuk silsilah
keturunan pangeran Roes di perkirakan pada abad ke-18 yaitu dari tahun 1800
hingga sekarang. Pangeran Roes merupakan
keturunan ke-4, beliau
dilahirkan diperkirakan pada
abad ke-19 sekitar
tahun 1800-an pertengahan sampai akhir 1800-an.
Pangeran Roes merupakan anak ketiga
dari tujuh bersaudara, dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Ayah
pangeran Roes bernama Ayep Dollah dan
ibunya tidak
diketahui namanya. Kakeknya bernama Abu
Leman dan Neneknya
bernama Kamida.
Selain itu juga, pangeran Roes
mempunyai ibu tiri yang merupakan istri kedua dari Ayahnya Ayep Dollah bernama Hj. Bainah dari wilayah Cirebon
(Jawa Barat).
Pangeran Roes mempunyai 3 orang anak
dan 12 orang cucu. Anak pangeran Roes
yang paling sulung bernama Dacilan Roes, yang kedua bernama Arpen Roes dan yang
paling bungsu bernama Makcik.
Pangeran Roes mempunyai 7 saudara, yaitu 6 saudara dari ibu kandung dan 1 saudara dari ibu tirinya.
Pangeran Roes merupakan putra dari
keturunan pangeran, dikatakan
demikian karena kakeknya yang bernama Abu Leman
merupakan pangeran yang memerintah pada saat itu. Abu Leman merupakan keturunan dari salah satu dari keturunan
mangkubumi dari Kesultanan Palembang, Abu Leman memiliki julukan
sebagai Lidah Hitam.
Menurut keterangan dari bapak Syofiyan
dan Ibu Nurul Huda yang merupakan keturnan dari pangeran Roes menyatakan
“Sumber silsilah leluhur sanak keluarga dan keturunan dari pangeran Roes
diambil dari narasumber Prigga Yuda dan dibuat berdasarkan
laporan dari pasirah Moeara Lakitan kepada para penjajah belanda mengenai Stambum
(Silsilah dari Pasirah). Proses pembuatan silsilah keluarga sanak keturunan
Pangeran Roes di buat pada tahun 1932.”
Silsilah leluhur sanak keluarga
keturunan dari pangeran Roes ditulis tangan dan dibuat pada tahun 1932.
Kemudian ejaan yang digunakan masih menggunakan ejaan lama misalnya huruf U
ditulis OU, huruf C ditulis J, dan Huruf J ditulis TJ.
Gambar 1.1.
Rumah Pangeran Roes tampak
depan
Gambar 1.2.
Rumah Pangeran Roes tampak
samping
Namun ada hal lain yang
dapat ditemukan sehingga menjadi keunikan dan juga ketertarikan sendiri bagi
peneliti, yaitu bersebelahan dengan rumah Pangeran Roes, kurang lebih sekitar
70 m, terdapat bangunan berupa sebuah masjid yang diarsiteki langsung oleh
tokoh proklamator kita yaitu Ir. Soekarno. Masjid ini bernama masjid
Raudhatusaadah yang berciri khas atap limas pada bagian atap masjid.
Selain itu juga, bersebelahan dengan Masjid Raudhatusaadah, terdapat juga peninggalan berupa bangunan sekolah peninggalan zaman Belanda.
Selain itu juga, bersebelahan dengan Masjid Raudhatusaadah, terdapat juga peninggalan berupa bangunan sekolah peninggalan zaman Belanda.
Gambar 1.3.
Masjid Raudhatusaadah
yang diarsiteki langsung oleh
Bung Karno
Gambar 1.4.
Bangunan Sekolah peninggalan
zaman Belanda
Gambar 1.5.
Hasil Penelitian diekspos ke
Koran Harian Silampari
yang terbit pada 1 Juni
2016
Gambar 1.6.
Photo bersama dengan keturunan
Pangeran Roes
Motto Penulis :
" Sejarah merupakan bagian dari
hidup. Di dalamnya terdapat proses dimana terciptanya sebuah bangsa dan negara.
Pengetahuan dan wawasannya dirasa perlu untuk menunjang keingintahuan
seseorang.
Cari !!!
Temui !!!
Gali !!!
Ketahui !!!
Dan Pelajari
sejarah !!!
Karena hanya orang yang mempelajari
sejarah yang dapat menjalani masa sekarang dan masa depan dengan baik. Oleh
karena itu, jangan lupakan sejarah !!!
Jika engkau tidak tahu sejarah, maka
engkau tidak akan tahu apapun. Sebab engkau engkau adalah sebuah daun, yang
tanpa disadari, bahwa engkau adalah bagian dari sebuah pohon. "
Oleh Berlian
Susetyo
(
1601-280594-002 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar