Tulisan Bergerak

Selamat Datang. Selamat Mengunjungi halaman blog saya. Semoga anda menyukainya dan menemukan apa yang engkau cari. Terima Kasih. Barakallah.

Kamis, 16 April 2015

Makalah Filsafat Sejarah

BAB 2
PEMBAHASAN MATERI

A.   Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Sejarah
1).       Pengertian Filsafat Sejarah
Filsafat secara harfiah berasal dari kata philo dan sophos, philo berarti cinta dan sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran.
Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan, istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa Yunani kuno, di Miletos, Asia kecil, tempat perantauan orang Yunani, sejarah awal filsafat ditandai dengan munculnya para tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu, seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes, Thales adalah orang yang pertama mempersoalkan subtansi terdalam terhadap segala sesuatu, yang melahirkan pengertian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti pohon. Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon” yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran atau pesan-pesan sejarah di dalamnya memerlukan kemampuan pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat atau ibroh di dalamnya.
Menurut Muthahhari, ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu Pertama, sejarah tradisional, sejarah tradisional adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua, sejarah ilmiah, yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau. Ketiga, filsafat sejarah, yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, sejarah adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudkan masyarakat saja.
Spengler Toynbee mengemukakan sejarah sebagai perkembangan yang sesuai dengan putaran-putaran perubahan yang tetap dan selalu kembali, sementara sejarawan lain mengatakan sejarah sebagai suatu keseluruhan laporan mengenai masa lalu manusia yang memperlihatkan bahwa masa lalu tersebut membentuk diri sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang sah secara universal.
Pendapat lain tentang sejarah dikemukakan oleh Hugiono dan Poerwantara bahwa dalam penulisan sejarah perlu dibedakan terlebih dahulu antara sejarah dalam kerangka ilmiah, dan sejarah dalam kerangka filosofis. Sejarah dalam kerangka ilmiah adalah sejarah sebagai ilmu, artinya sejarah sebagai salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta seluruh kejadian-kejadian, dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan. Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian sebagai filsafat sejarah.
Ungkapan filsafat sejarah menunjuk pada dua jenis penyelidikan secara berbeda, secara tradisional, ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjuk pada usaha memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh peroses sejarah filsafat sejarah dalam arti ini secara khas berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: apa arti, makna dan tujuan sejarah, atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dalam perubahan sejarah.
Filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua, sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya. Dalam kajian-kajian modern, filsafat sejarah menjadi suatu tema yang mengandung dua segi yang berbeda dari kajian tentang sejarah. 
Segi yang pertama berkenaan dengan kajian metodologi penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis. Ringkasnya, dalam segi ini terkandung pengujian yang kritis atas metode sejarawan. Pengujian yang kritis ini termasuk dalam bidang kegiatan analitis dari filsafat, yakni kegiatan yang mewarnai pemikiran filosofis pada zaman modern dengan cara khususnya, di mana si pemikir menaruh perhatian untuk menganalisis apa yang bisa disebut dengan sarana-sarana intelektual manusia. Ia mempelajari tabiat pemikiran, hukum-hukum logika, keserasian dan hubungan-hubungan antara pikiran-pikiran manusia dengan kenyataan, tabiat, realitas, dan kelayakan metode yang dipergunakan dalam mengantarkan pada pengetahuan yang benar.

Dari segi yang lain, filsafat sejarah berupaya menemukan komposisi setiap ilmu pengetahuan dan pengalaman umum manusia. Di sini perhatian lebih diarahkan pada kesimpulan dan bukannya pada penelitian tentang metode atau sarana-sarana yang digunakan seperti yang digunakan dalam metode analitis filsafat. Dalam kegiatan konstruktif, filosof sejarah bisa mencari pendapat yang paling komprehensif yang bisa menjelaskan tentang makna hidup dan tujuannya.
Keingintahuan seseorang mengenai suatu kebenaran menimbulkan adanya gagasan. Ketika gagasan diolah untuk menjelajah pemahaman yang lebih luas tetapi mendasar maka akan menghasilkan suatu ilmu yang disebut dengan filsafat. Berkaitan dengan ilmu pengetahuan filsafat ditujukan untuk pengembangan dan inovasi pengertian baru yang dapat dijadikan landasan di dalam suatu masalah yang berhubungan. Dari hal tersebut memberi pandangan bahwa berbagai ilmu lahir dari filsafat, sehingga pengajaran mengenai filsafat sangat diperlukan.

2).  Ruang Lingkup Filsafat Sejarah
Pada hakikatnya filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan tentang perbuatan manusia yang sudah terjadi. Filsafat sejarah juga mencoba memberikan jawaban atas sebab-sebab dan alasan segala peristiwa sejarah yang sudah terjadi. Filsafat sejarah berusaha masuk ke dalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan tentang maju dan mundurnya bangsa-bangsa, tentang maju dan mundurnya perkembangan kebudayaan. Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu tidak terletak di depan muka manusia seperti halnya  dengan bahan–bahan untuk menguji formula-formula kimia. Kejadian dan peristiwa sejarah terdiri atas beberapa fenomena dan fenomena-fenomena tersebut di anggap dan diartikan oleh manusia secara berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan menggunakan akal pikiranya akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal secara objektif terhadap fenomena-fenomena sejarah yang akan menghasilkan suatu rangkaian peristiwa sejarah.
Filsafat sejarah sebagai salah satu cabang filsafat mengandung 2  aspek kajian ruang lingkup yaitu :
Pertama; filsafat sejarah berusaha untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang menyebabkan sebuah peristiwa serta menguasai semua kejadian peristiwa jalannya sejarah. Usaha ini telah di kembangkan dan berlangsung sejak beberapa abad yang lampau.
Kedua; filsafat sejarah berusaha untuk menguji kemampuan beberapa metode ilmu sejarah serta memberi penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah. Usaha ini belum terlalu lama di kembangkan oleh para ahli filsafat.

B.    Objek dan Manfaat Filsafat Sejarah
1).  Objek Filsafat Sejarah
            Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, ditulis Louis Katt Soff, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada menurut akal pikirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedangkan objek formal filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Objek Material
            Objek Material adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.

Objek Formal
            Objek Formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Objek formal merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.

Contoh : Objek Materialnya adalah manusia, dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
Ilmu
Obyek material
Obyek formal
Kesehatan
Manusia
Kondisi kehidupan
Ekonomi
Manusia
Kebutuhan dan cara memenuhinya
Sosiologi
Manusia
Antar hubungan sosial
Pendidikan
Manusia
Pembinaan kepribadian
Psikologi
Manusia
Tingkah laku

Perbedaan Objek Material dan Objek Formal
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.  Sedangkan objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.

2).  Manfaat Filsafat Sejarah
            Adapun manfaat filsafat sejarah yang dapat kita ketahui bersama ialah sebagai berikut :
1.      Dapat menyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan hakikat dan makna  yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
2.      Memberikan pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada
3.      Lebih kritis dalam menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad-abad sebelumnya, mampu merinci setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri
4.      Melalui studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat  membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas
5.      Studi filsafat sejarah dapat menjadikan seseorang berfikir analitis kronologis serta arif bijaksana atau wisdom
6.      Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia


C.    Perbedaan Tugas Filosof Sejarah dan Sejarawan
            Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu, sedangkan ilmu filsafat berbicara mengenai bagaimana berfikir secara rasional, analisis dan kritis, kedua ilmu ini akan sangat bersinergi dalam memecahkan masalah-masalah yang bermunculan di zaman kontemporer ini, ilmu sejarah memberikan gambaran dari masa lalu, yang mana pada masa lalu pernah terjadi bebagai macam persoalan-persoalan, baik persoalan yang meliputi masalah politik, pemerintahan, masalah sosial, ekonomi maupun masalah yang bersifat religius Sebahagian orang mengharapkan masa lalu dapat menjelaskan atau bahkan memberikan pembenaran terhadap apa yang terjadi sekarang, sebahagian yang lain berharap, dari sejarah dapat dicari akar-akar identitas bahkan orientasi kemasa depan, harapan ini termasuk fungsi sosial dari sejarah yaitu“ mengorganisasi masa lalu sebagai fungsi dari masa sekarang”
Ilmu filsafat memberikan sentuhan pemikiran yang mendorong manusia untuk berfikir secara kritis setiap kejadian sejarah yang kemudian menjabarkan bagaimana menjadikan masa lalu tersebut menjadi sebuah ibrah atau pelajaran dimasa sekarang yang terkait dengan permasalah yang tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada masa lampau, dengan demikian manusia mampu memetik sebuah pesan kontemporer dalam rangka membina kehidupan manusia moderen yang ideal.







Dengan demikian kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa tugas filosof dalam sejarah adalah menggerakkan pemikiran manusia agar merekontruksi masa lalu sebagai pelajaran atau hikmah dimasa sekarang, dan merancang masa depan.
Sedangkan tugas seorang sejarawan ialah mengungkapkan kembali peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa itu dengan adanya penelitian sejarah yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik. Sejarawan ialah penulis sejarah, yang menciptakan karya sejarah dalam bentuk tulisan atau lisan, dibukukan atau tidak. Penggambar sejarah sering dimasukkan sebagai sejarawan.




















BAB 3
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk berfikir, dan berpengetahuan, dengan pikiranya manusia mendapatkan ilmu, dan dengan kehendaknya manusia memperoleh pengetahuan. Berfikir merupakan cara manusia mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Filsafat adalah hasil dari berfikir. Namun tidak semua berfikir bisa disebut filsafat. Karena filsafat adalah berfikir dengan mengunakan nalar. Untuk mengkaji ilmu diperlukan filsafat ilmu. Sebab filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemperolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang  ontologi,  epistemologi ,  dan  aksiologi  dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.
Filsafat ilmu dalam kontek filsafat sejarah akan sangat berguna untuk membantu sejarawan dan ahli sejarah untuk berfikir bijaksana dan mencintai kebenaran dalam mengaji fakta dan data yang diperoleh dilapangan, sehingga waktu lampau yang tidak dilihat secara langsung, bisa dianalisis dan ditulis sesuai fakta dan data yang diperoleh. Mengikuti suara hati (qalbu), agar tidak terjebak dengan unsur subjektifitas demi melegitimasi kekuasaan tertentu. Hal ini sengat penting dan berguna demi pengembangan ilmu pengetahuan pada masa sekarang dan dimasa depan. 



Dengan demikian, analisis seorang sejarawan atas data dan fakta harus bersifat logis dan rasional, bukan berdasarkan bukti-bukti dari luar yang tidak dapat diuji kebenarannya. Seorang sejarawan melakukan analisisnya di laboratorium pikiran dan akalnya, dengan peralatan logika dan penyimpulan, bukan di laboratorium fisik lahiriah dengan penelitian observasi dan pengukuran. Karena itu, pekerjaan seorang sejarawan lebih dekat dengan pekerjaan seorang filosof ketimbang pekerjaan seorang ilmuwan.

B.       Saran
Filsafat membuat diri kita berfikir kritis dan empiris, jadi setiap hasil pemikiran dikaji lebih dalam agar dapat memahami apa itu filsafat, filsafat memiliki kajian secara luas, bukan hanya penalaran namun wawasan lebih berkembang. Kita tidak bisa begitu saja dapat mengkategorikan suatu hasil pemikiran sebagai filsafat namun hasil pemikiran itu harus dikaji lebih dalam. Karena filsafat mencakup segala aspek kehidupan dan luas jangkauannya.













DAFTAR PUSTAKA

E. Tamburaka, Rustam. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek. Cet I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah. Cet II; Bandung: Mizan, 1995.
Takwin, Bagus. Filsafat Timur Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur. Cet. I; Yogyakarta: Jala Sutra Anggota IKAPI, 2000.
Riantini, Ida. Diktat Pengantar Ilmu Sejarah, Lubuklinggau : 2005.
Ahmad fuad Al-Ahwani, filsafat islam, [Jakarta: Pustaka Firdaus, juni 2004], hlm. 19.
Kuntowijoyo, pengantar  ilmu sejarah, [yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, Oktober 1995], cetakan pertama, hlm. 1
G.W.F. Hegel, Nalar dalam Sejarah, terjemahan dari: Reason in History, diterjemahkan oleh: Salahuddien Gz. [Jakarta: Mizan Publika, Maret 2005]
 G.W.F. Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta Wijaya [Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001]
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Kanisius.
Salam, Burhanuddin.1993. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Surajiyo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara


1 komentar:

POSTINGAN TERBARU

Sejarah SUBKOSS menjadi KODAM II/Sriwijaya

 

POSTINGAN POPULER