Tulisan Bergerak

Selamat Datang. Selamat Mengunjungi halaman blog saya. Semoga anda menyukainya dan menemukan apa yang engkau cari. Terima Kasih. Barakallah.

Sabtu, 17 November 2018

Makna Filosofis Dari Budaya Tatto Tubuh Pada Masyarakat Suku Mentawai, Sumatera Barat


PEMBAHASAN

            Tatto adalah salah satu simbol mengekspresikan kebudayaan dan merupakan seni yang dapat dilihat. Melalui tatto, beberapa suku di dunia dapat mengekspresikan apa yang mereka harapkan dalam hidupnya. Itu berarti tatto menjadi salah satu alat yang dipergunakan masyarakat untuk mengungkapkan suara hati mereka. Tatto yang terdapat dalam perseorangan maupun suku-suku tertentu mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda, simbol yang digunakan untuk membuat tatto biasanya sangat sederhana dan diambil dari kebudayaan asli mereka.
            Manusia dapat mengekspresikan luapan emosinya melalui gerak tubuh, nyanyian, alat musik, dan lukisan. Dalam hal melukis, tubuh dapat dijadikan sebagai sarana melukis yang disebut dengan tatto. Tatto menggunakan kulit tubuh sebagai alat untuk menyampaikan ungkapan. Tatto sebagai bahasa rupa dengan berbagai ragam dan gambar simbolis yang bermakna, seperti yang ditemukan di Kepulauan Mentawai.
Seni tatto tubuh sering dipakai oleh suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia dengan fungsi yang hampir sama di berbagai tempat atau suku yaitu : Pertama, tatto sebagai simbol prestasi dari hasil berburu binatang, keberanian, keterampilan, pengobatan. Kedua, tatto merupakan perintah religius kepada masyarakat yang diyakini sebagai perintah dewa atau Tuhan. Ketiga, sebagai bukti ketabahan dalam melewati masa peralihan dari gadis ke perempuan dewasa, perempuan dewasa ke ibu, tatto juga dianggap mampu mengatasi rasa sakit dan duka. Keempat, sebagai jimat mujarab, simbol kesuburan dan kekuatan dalam melawan berbagai penyakit dan kecelakaan.
Bagi suku Mentawai, tatto merupakan bentuk ekspresi seni dan juga perlambang status sosial dalam masyarakat. Selain itu, tatto dapat pula dianggap sebagai pakaian abadi yang akan dibawa mati. Selain itu, tatto ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi, yaitu untuk menunjukkan jati diri dan untuk perbedaan status sosial dalam masyarakat. Tatto ini biasanya memenuhi sekujur tubuh, mulai dari kepala hingga ke kaki. Bahkan konon orang Mentawai menato tubuh mereka agar kelak setelah meninggal, mereka dapat saling mengenali leluhur mereka.
Tatto juga sebuah tahap penyempurnaan jiwa dan raga demi mencapai kesempurnaan harmony spirit of the forest. Orang Mentawai sudah menato tubuhnya sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina) pada Zaman Logam, sekitar tahun 1500 SM-500 SM. Itu artinya, tatto mentawailah yang tertua di dunia. Namun ada juga yang mengatakan bahwa tatto Mesir ialah yang paling tua, sebagaimana disebut-sebut berbagai buku. Sebutan tatto konon diambil dari kata tatau dalam bahasa Tahiti. Kata ini pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada tahun 1769.
Tatto tubuh pada masyarakat Suku Mentawai ini banyak ditemukan tatto yang bermotif Pohon Sagu. Motif pohon sagu pada tubuh Sikerei mempunyai makna. Pohon sagu sebagai pohon kehidupan sebagai sumber pangan yang tidak akan pernah habis. Motif pohon sagu ini selalu terdapat pada tubuh setiap dukun adat (Sikerei). Tidak hanya Sikerei yang memiliki tatto di tubuh, tetapi juga masyarakatnya, karena masyarakat Mentawai percaya benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh,
Ketika anak lelaki yang memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orang tua memanggil sikerei (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari/bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu, dipilihlah sipatatto (seniman tatto). Sipatatto ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki penatoan. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum penatoan akan dilakukan punenenegat (upacara inisiasi) yang dipimpin Sikerei, di puturukat (galeri milik sipatatto). Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan dapat memakai belasan tatto disekujur tubuhnya.
Tatto Mentawai, seperti juga tatto tradisional lainnya, diwariskan dengan pola-pola dan motif yang sama secara turun temurun. Sehingga tidak akan ada perkembangan maupun perubahan, karena setiap tatto sudah memiliki arti, makna dan aturan-aturannya tersendiri. Motif-motif dan desain tatto Mentawai tidak diciptakan untuk ditorehkan pada tubuh secara tunggal atau berdiri sendiri, melainkan di desian lengkap untuk seluruh bagian tubuh yaitu dada, punggung, sisi rusuk, perut, lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leher dan wajah. Keseluruhan motif dan desian terdiri dari garis-garis geometrical sederhana yang melintang diberbagai bagian tubuh dan berakhir dengan garis-garis kurva pada kedua belah pipi wajah.

Pemaknaan dan Motif  Tatto suku Mentawai antara lain :
ü  Pohon, Gunung, Matahari, Hewan, Batu merupakan wujud penghormatan suku Mentawai terhadap alam.
ü  Babi, Rusa, Kera, Burung, Buaya, melambangkan seseorang pemburu binatang, sesuai dengan hewan apa yang diburu.
ü  Alat perang dan daun beraneka motif merupakan hasil kreatifitas mereka sendiri. Elemen utama dari desian keseluruhan adalah garis sentral yang mengarah ke dagu, kemudian menuju kebagian atas area rambut kemaluan, garis ini kadang terputus dan mengarah menuju pundak danbahu yang bercabang kebagian tubuh atas lainnya. Terlihat jelas pada bagian dada yang menyimbolkan bunga pohon sagu. Elemen garis pada kaki bermakna batang pohon utama, garis putus-putus yang panjang pada lengan turun kebawah menuju pergelangan tangan melambangkan cabang-cabang pohon.

Perlu digaris bawahi bahwa, Tatto Mentawai tidak ada bermotif tengkorak sebagai simbol kepala orang yang dibunuh. Mencacah tatto tengkorak di badan dianggap mengejek musuh dan akan menyebabkan peperangan yang tak berkesudahan. Suku Mentawai mematuhi larangan agar jangan membangkitkan dendam dan sakit hati. Bahkan justru sebaliknya, seorang Mentawai yang berhasil membunuh, maka nama pembunuh tersebut dilarang untuk disebut agar tidak menyinggung perasaan keluarga lawan yang dibunuh.
Tatto Mentawai luar biasa dan unik, memenuhi seluruh tubuh dari kepala sampai kaki, dan sarat dengan simbol dan makna. Bagi orang Mentawai, tatto merupakan roh kehidupan.
Menelusuri pusat kebudayaan Mentawai di Pulau Siberut, ada sedikitnya empat kedudukan atau fungsi tatto pada suku Mentawai, ialah sebagai berikut :

1)      Fungsi Sosial
Tatto memiliki fungsi untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Misalnya, tatto dukun atau sikerei berbeda dengan tatto ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Sikerei diketahui dari tatto bintang sibalu-balu dibadannya
2)      Fungsi Kosmologis
Bagi masyarakat Mentawai, tatto juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Bagi suku Mentawai, benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. Mereka menganggap semua benda itu memiliki jiwa.
3)      Fungsi Estetis
Fungsi tatto yang lain adalah keindahan atau memiliki fungsi estetis. Selain mentatto tubuh mereka dengan simbol-simbol tertentu, masyarakat Mentawai juga boleh mentatto tubuh sesuai dengan kreativitasnya. Suku Mentawai pun boleh menorehkan tatto pada orang di luar suku Mentawai, sebagai bentuk seni.
4)      Fungsi Religius          
Kedudukan atau fungsi tatto yang menjadi dasar adalah fungsi religius, yang berhubungan dengan kepercayaan suku Mentawai, yaitu Arat Sabulungan. Arat Sabulungan diartikan sebagai sekumpulan daun yang dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, yang diyakini memiliki tenaga gaib kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan terhadap Tai Kabagat Koat atau Dewa Laut, Tai Ka-leleu atau roh hutan dan gunung, dan Tai Ka Manua atau roh awang-awang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN TERBARU

Sejarah SUBKOSS menjadi KODAM II/Sriwijaya

 

POSTINGAN POPULER