Kabupaten Musi Rawas dan kota Lubuklinggau dikenal
juga sebagai kota SILAMPARI dimana berasal dari kata :
·
Silam = hilang/sirna
·
Pari = Peri/putri
Ada dua versi cerita yang menjelaskan asal mula kata Silampari :
Cerita 1
Pada zaman dahulu kala ada 7 bidadari yang sedang turun dari kayangan (kerajaan di langit) untuk mandi di sebuah telaga, dimana pada saat itu hanya terdapat sebuah telaga yang masih terdapat airnya, dikarenakan adanya musim kemarau yang panjang.
Pada zaman dahulu kala ada 7 bidadari yang sedang turun dari kayangan (kerajaan di langit) untuk mandi di sebuah telaga, dimana pada saat itu hanya terdapat sebuah telaga yang masih terdapat airnya, dikarenakan adanya musim kemarau yang panjang.
Tapi naas bagi bidadari bungsu karena selendang yang
dimilikinya hilang diambil oleh seorang pemburu sehingga ia tak dapat pulang
lagi kelangit.
Pemuda tersebut bernama Bujang Penulup yang
artinya seorang pemburu binatang yang menggunakan alat buru berupa tulup atau
sumpit. Sedangkan putri bungsu tersebut bernama Sringga Pisat.
Suatu saat bidadari tersebut menemukan pakaian yang disembuyikan oleh Bujang Penulup, kemudian bidadari tersebut dapat pulang kelangit, namun bujang penulup melihatnya, maka dia berkata “SILAMPARI” (Putri hilang). Karena putri yang ingin kembali berangsur-angsur menghilang.
Suatu saat bidadari tersebut menemukan pakaian yang disembuyikan oleh Bujang Penulup, kemudian bidadari tersebut dapat pulang kelangit, namun bujang penulup melihatnya, maka dia berkata “SILAMPARI” (Putri hilang). Karena putri yang ingin kembali berangsur-angsur menghilang.
Cerita 2
Dahulu kala ada seorang raja bernama Raja Biku 8 dewa dan
permaisurinya bernama Putri Ayu Selendang Kuning, Raja ini terkenal
dengan kesaktiannya yang tiada tanding karena kepandaiannya terbang. Ilmu 8
dewa yang dia miliki diantaranya: Dewa api, dewa matahari, dewa udara, dewa
angin, dewa air,………
Setelah 10 thn berkeluarga raja belum juga memiliki
keturunan, akhirnya dia mengakui kelemahannya. Kemudian turun lah dewa mantra
sakti tujuh dari langit yang turun dipuncak bukit Rimbo Tenang untuk
menolong Raja Biku.
Sang Raja disuruh bertapa/semedi untuk mendapatkan
kembang tanjung kelopak enam helai melalui sukma mantra (hanya sukma saja yang
pergi). Bunga tanjung digunakan untuk mandi putri dengan ramuannya kembang
tanjung kelopak enam, daun pandan, daun purut, dan akar wangi kesemua direndam
jadi satu lalu dipakai mandi dan sisanya diminum.
Setelah putri tersebut meminumnya mulailah putri hamil
dengan enam kehamilan yang normal sehingga putri mendapatkan enam anak yaitu 1
laki-laki dan 5 perempuan. Nama anak-anak raja tersebut adalah :
1. BUDUR
2. DAYANG TARE
3. DAYANG DERUJA
4. DAYANG DERUJI
5. DAYANG AYU
6. DAYANG IRENG MANIS
2. DAYANG TARE
3. DAYANG DERUJA
4. DAYANG DERUJI
5. DAYANG AYU
6. DAYANG IRENG MANIS
Jumlah anak tersebut sesuai dengan jumlah kelopak
kembang tanjung yang diberikan. Tetapi Raja Biku memiliki perjanjian yaitu semua
akan kembali seperti semula (SILAM).
Saat itu pun tiba, mula-mula yang hilang adalah putri
Dayang Tare karena dia yang pertama kali mengadu kepada dewa tentang deritanya
di dunia, dia hilang di Rimbo Tenang.
Kemudian yang hilang selanjutnya, yaitu Dayang Deruja
yang hilang di Rejang Rebo dan diberi tanda pohon ketapang kuning.
Kemudian Dayang Ayu, Dayang Ireng Manis Dayang Deruji
beserta ibunya hilang di bukit ayu.
Raja Biku hilang di laut cina sedangkan
Budur hilang di Ulak Lebar. Karena putra-putri hilang maka
masyarakat berkata “SILAMPARI” (Putri yang hilang).
Nara Sumber : Drs H. Suwandi, M.Pd
Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Kab. Musi Rawas.
Yayasan Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Kab. Musi Rawas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar