BAB 2
PEMBAHASAN MATERI
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Sejarah
1). Pengertian Filsafat Sejarah
Filsafat secara
harfiah berasal dari kata philo dan sophos, philo berarti cinta dan sophos
berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab
falsafah dari bahasa Yunani, philosophia:
philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta
pada kebenaran. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang
menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.
Ariestoteles mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan,
kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun
pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula.
Pada abad modern filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran.
Filsafat adalah induk
ilmu pengetahuan, istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang
lalu, pada masa Yunani kuno, di Miletos, Asia kecil, tempat perantauan orang
Yunani, sejarah awal filsafat ditandai dengan munculnya para tokoh-tokoh
pemikir besar pada zaman itu, seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes,
Thales adalah orang yang pertama mempersoalkan subtansi terdalam terhadap
segala sesuatu, yang melahirkan pengertian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Sejarah berasal dari
bahasa Arab “syajaratun” yang berarti
pohon. Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis
karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon” yang
tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, untuk dapat
menangkap pelajaran atau pesan-pesan sejarah di dalamnya memerlukan kemampuan
pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat atau ibroh di dalamnya.
Menurut Muthahhari,
ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang
saling berkaitan, yaitu Pertama,
sejarah tradisional, sejarah tradisional adalah pengetahuan tentang
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa
lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua, sejarah ilmiah, yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum
yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melaluipendekatan
dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau. Ketiga, filsafat sejarah, yaitu pengetahuan tentang
perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap
lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan
kata lain, sejarah adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang
mewujudkan masyarakat saja.
Spengler Toynbee
mengemukakan sejarah sebagai perkembangan yang sesuai dengan putaran-putaran
perubahan yang tetap dan selalu kembali, sementara sejarawan lain mengatakan
sejarah sebagai suatu keseluruhan laporan mengenai masa lalu manusia yang
memperlihatkan bahwa masa lalu tersebut membentuk diri sesuai dengan
prinsip-prinsip tertentu yang sah secara universal.
Pendapat lain tentang
sejarah dikemukakan oleh Hugiono dan Poerwantara bahwa dalam penulisan sejarah
perlu dibedakan terlebih dahulu antara sejarah dalam kerangka ilmiah, dan sejarah
dalam kerangka filosofis. Sejarah dalam kerangka ilmiah adalah sejarah sebagai
ilmu, artinya sejarah sebagai salah satu bidang ilmu yang meneliti dan
menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta
kemanusiaan di masa lampau beserta seluruh kejadian-kejadian, dengan maksud
untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut,
untuk akhirnya dijadikan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang
serta arah program masa depan. Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah
dalam pengertian sebagai filsafat sejarah.
Ungkapan filsafat
sejarah menunjuk pada dua jenis penyelidikan secara berbeda, secara
tradisional, ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjuk pada usaha
memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh peroses sejarah
filsafat sejarah dalam arti ini secara khas berurusan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti: apa arti, makna dan tujuan sejarah, atau
hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dalam perubahan sejarah.
Filsafat sejarah
mengandung dua spesialisasi. Pertama,
sejarah yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan
menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah
dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua,
sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai metode ilmu sejarah dan
kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya. Dalam kajian-kajian modern, filsafat
sejarah menjadi suatu tema yang mengandung dua segi yang berbeda dari kajian
tentang sejarah.
Segi yang pertama
berkenaan dengan kajian metodologi penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis.
Ringkasnya, dalam segi ini terkandung pengujian yang kritis atas metode
sejarawan. Pengujian yang kritis ini termasuk dalam bidang kegiatan analitis
dari filsafat, yakni kegiatan yang mewarnai pemikiran filosofis pada zaman
modern dengan cara khususnya, di mana si pemikir menaruh perhatian untuk
menganalisis apa yang bisa disebut dengan sarana-sarana intelektual manusia. Ia
mempelajari tabiat pemikiran, hukum-hukum logika, keserasian dan
hubungan-hubungan antara pikiran-pikiran manusia dengan kenyataan, tabiat,
realitas, dan kelayakan metode yang dipergunakan dalam mengantarkan pada
pengetahuan yang benar.
Dari segi yang lain,
filsafat sejarah berupaya menemukan komposisi setiap ilmu pengetahuan dan
pengalaman umum manusia. Di sini perhatian lebih diarahkan pada kesimpulan dan
bukannya pada penelitian tentang metode atau sarana-sarana yang digunakan
seperti yang digunakan dalam metode analitis filsafat. Dalam kegiatan konstruktif,
filosof sejarah bisa mencari pendapat yang paling komprehensif yang bisa
menjelaskan tentang makna hidup dan tujuannya.
Keingintahuan seseorang mengenai
suatu kebenaran menimbulkan adanya gagasan. Ketika gagasan diolah untuk
menjelajah pemahaman yang lebih luas tetapi mendasar maka akan menghasilkan
suatu ilmu yang disebut dengan filsafat. Berkaitan dengan ilmu pengetahuan
filsafat ditujukan untuk pengembangan dan inovasi pengertian baru yang dapat
dijadikan landasan di dalam suatu masalah yang berhubungan. Dari hal tersebut
memberi pandangan bahwa berbagai ilmu lahir dari filsafat, sehingga pengajaran
mengenai filsafat sangat diperlukan.
2). Ruang Lingkup Filsafat Sejarah
Pada hakikatnya
filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan tentang perbuatan manusia yang
sudah terjadi. Filsafat sejarah juga mencoba memberikan jawaban atas
sebab-sebab dan alasan segala peristiwa sejarah yang sudah terjadi. Filsafat
sejarah berusaha masuk ke dalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan tentang
maju dan mundurnya bangsa-bangsa, tentang maju dan mundurnya perkembangan
kebudayaan. Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu tidak terletak di
depan muka manusia seperti halnya dengan bahan–bahan untuk menguji
formula-formula kimia. Kejadian dan peristiwa sejarah terdiri atas beberapa fenomena
dan fenomena-fenomena tersebut di anggap dan diartikan oleh manusia secara
berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan menggunakan akal pikiranya
akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal secara objektif
terhadap fenomena-fenomena sejarah yang akan menghasilkan suatu rangkaian
peristiwa sejarah.
Filsafat sejarah
sebagai salah satu cabang filsafat mengandung 2 aspek kajian ruang lingkup yaitu :
Pertama; filsafat sejarah
berusaha untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang menyebabkan
sebuah peristiwa serta menguasai semua kejadian peristiwa jalannya sejarah.
Usaha ini telah di kembangkan dan berlangsung sejak beberapa abad yang lampau.
Kedua; filsafat sejarah
berusaha untuk menguji kemampuan beberapa metode ilmu sejarah serta memberi
penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya
sejarah. Usaha ini belum terlalu lama di kembangkan oleh para ahli filsafat.
B. Objek dan Manfaat Filsafat Sejarah
1). Objek Filsafat Sejarah
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang
dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. ”Objek filsafat
itu bukan main luasnya”, ditulis Louis Katt Soff, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui
manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka
manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang
ada menurut akal pikirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua,
yaitu objek material dan objek formal. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains
memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian
yang abstrak. Sedangkan objek formal filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang
objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang merupakan bahan
dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan, yaitu pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Objek Formal
Objek Formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Objek formal adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa
hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan
aksiologis. Objek formal merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada bahan
dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek
material itu di sorot.
Contoh : Objek Materialnya adalah manusia, dan manusia ini di tinjau dari
sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari
manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
Ilmu
|
Obyek material
|
Obyek formal
|
Kesehatan
|
Manusia
|
Kondisi kehidupan
|
Ekonomi
|
Manusia
|
Kebutuhan dan cara
memenuhinya
|
Sosiologi
|
Manusia
|
Antar hubungan
sosial
|
Pendidikan
|
Manusia
|
Pembinaan
kepribadian
|
Psikologi
|
Manusia
|
Tingkah laku
|
Perbedaan Objek Material
dan Objek Formal
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di
pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik
hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Sedangkan objek formal
filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan
seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
2). Manfaat Filsafat Sejarah
Adapun manfaat filsafat sejarah yang
dapat kita ketahui bersama ialah sebagai berikut :
1.
Dapat menyelidiki sebab-sebab
terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan hakikat dan makna yang
terdalam tentang peristiwa sejarah.
2.
Memberikan pertanyaan
atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab timbulnya
semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada
3.
Lebih kritis dalam
menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad-abad sebelumnya, mampu merinci
setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri
4.
Melalui studi
mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki
vision atau wawasan dan pandangan yang luas
5.
Studi filsafat sejarah
dapat menjadikan seseorang berfikir analitis kronologis serta arif bijaksana
atau wisdom
6.
Filsafat sejarah
bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari pada
sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan
berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia
C. Perbedaan Tugas Filosof Sejarah dan Sejarawan
Ilmu sejarah dan ilmu filsafat
merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu
sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu, sedangkan ilmu filsafat
berbicara mengenai bagaimana berfikir secara rasional, analisis dan kritis,
kedua ilmu ini akan sangat bersinergi dalam memecahkan masalah-masalah yang bermunculan
di zaman kontemporer ini, ilmu sejarah memberikan gambaran dari masa lalu, yang
mana pada masa lalu pernah terjadi bebagai macam persoalan-persoalan, baik
persoalan yang meliputi masalah politik, pemerintahan, masalah sosial, ekonomi
maupun masalah yang bersifat religius Sebahagian orang mengharapkan masa lalu
dapat menjelaskan atau bahkan memberikan pembenaran terhadap apa yang terjadi
sekarang, sebahagian yang lain berharap, dari sejarah dapat dicari akar-akar
identitas bahkan orientasi kemasa depan, harapan ini termasuk fungsi sosial
dari sejarah yaitu“ mengorganisasi masa lalu sebagai fungsi dari masa sekarang”
Ilmu filsafat memberikan sentuhan
pemikiran yang mendorong manusia untuk berfikir secara kritis setiap kejadian
sejarah yang kemudian menjabarkan bagaimana menjadikan masa lalu tersebut
menjadi sebuah ibrah atau pelajaran dimasa sekarang yang terkait dengan
permasalah yang tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada masa lampau, dengan
demikian manusia mampu memetik sebuah pesan kontemporer dalam rangka membina
kehidupan manusia moderen yang ideal.
Dengan demikian kita bisa
mengambil sebuah kesimpulan bahwa tugas
filosof dalam sejarah adalah menggerakkan pemikiran manusia agar merekontruksi
masa lalu sebagai pelajaran atau hikmah dimasa sekarang, dan merancang masa
depan.
Sedangkan tugas seorang sejarawan ialah mengungkapkan kembali peristiwa sejarah yang telah
terjadi pada masa itu dengan adanya penelitian sejarah yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik. Sejarawan
ialah penulis sejarah, yang menciptakan karya sejarah dalam bentuk tulisan atau
lisan, dibukukan atau tidak. Penggambar sejarah sering dimasukkan sebagai
sejarawan.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk berfikir, dan
berpengetahuan, dengan pikiranya manusia mendapatkan ilmu, dan dengan
kehendaknya manusia memperoleh pengetahuan. Berfikir merupakan cara manusia
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Filsafat adalah hasil dari berfikir. Namun
tidak semua berfikir bisa disebut filsafat. Karena filsafat adalah berfikir
dengan mengunakan nalar. Untuk mengkaji ilmu diperlukan filsafat ilmu.
Sebab filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya
pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri
substansinya, pemperolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia.
Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup
dalam bidang ontologi, epistemologi , dan aksiologi dengan
berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.
Filsafat ilmu dalam kontek filsafat sejarah akan
sangat berguna untuk membantu sejarawan dan ahli sejarah untuk berfikir
bijaksana dan mencintai kebenaran dalam mengaji fakta dan data yang diperoleh
dilapangan, sehingga waktu lampau yang tidak dilihat secara langsung, bisa
dianalisis dan ditulis sesuai fakta dan data yang diperoleh. Mengikuti suara
hati (qalbu), agar tidak terjebak dengan unsur subjektifitas demi melegitimasi
kekuasaan tertentu. Hal ini sengat penting dan berguna demi pengembangan ilmu
pengetahuan pada masa sekarang dan dimasa depan.
Dengan demikian, analisis seorang sejarawan atas data
dan fakta harus bersifat logis dan rasional, bukan berdasarkan bukti-bukti dari
luar yang tidak dapat diuji kebenarannya. Seorang sejarawan melakukan
analisisnya di laboratorium pikiran dan akalnya, dengan peralatan logika dan
penyimpulan, bukan di laboratorium fisik lahiriah dengan penelitian observasi
dan pengukuran. Karena itu, pekerjaan seorang sejarawan lebih dekat dengan
pekerjaan seorang filosof ketimbang pekerjaan seorang ilmuwan.
B.
Saran
Filsafat
membuat diri kita berfikir kritis dan empiris, jadi setiap hasil pemikiran
dikaji lebih dalam agar dapat memahami apa itu filsafat, filsafat memiliki
kajian secara luas, bukan hanya penalaran namun wawasan lebih berkembang. Kita tidak
bisa begitu saja dapat mengkategorikan suatu hasil pemikiran sebagai filsafat
namun hasil pemikiran itu harus dikaji lebih dalam. Karena filsafat mencakup
segala aspek kehidupan dan luas jangkauannya.
DAFTAR PUSTAKA
E. Tamburaka, Rustam. Pengantar
Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek. Cet I;
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Suryanegara, Ahmad Mansur.
Menemukan Sejarah. Cet II; Bandung: Mizan, 1995.
Takwin, Bagus. Filsafat Timur
Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur. Cet. I; Yogyakarta: Jala Sutra
Anggota IKAPI, 2000.
Riantini, Ida. Diktat Pengantar Ilmu Sejarah,
Lubuklinggau : 2005.
Ahmad fuad
Al-Ahwani, filsafat islam, [Jakarta: Pustaka Firdaus, juni
2004], hlm. 19.
Kuntowijoyo, pengantar
ilmu sejarah, [yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, Oktober 1995],
cetakan pertama, hlm. 1
G.W.F. Hegel, Nalar
dalam Sejarah, terjemahan dari: Reason in History,
diterjemahkan oleh: Salahuddien Gz. [Jakarta: Mizan Publika, Maret 2005]
G.W.F.
Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta Wijaya [Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001]
Rapar,
Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Kanisius.
Salam, Burhanuddin.1993.
Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Surajiyo.2007.Filsafat Ilmu
dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara
filsafat ilmu sangat penting untuk kita
BalasHapus